Persiapan Mendaki Semeru bagi Pemula
PERTEMUAN dengan seorang GUIDE
Setelah trip Bromo kemarin, Saya, Taya, Oshin dan Lea lanjut main di Malang 2 hari. Sore itu, sebelum balik ke Pare, kami berempat dan
Febri makan di warung langganan dekat terminal Landung Sari. Febri, teman dekat kami di Pare yang rasanya sudah seperti adek
atau kadang jadi seperti kakak bagi kami, kuliahnya di UMM (Univ. Muhammadiyah Malang),
jadi setiap ke Malang, dia yang selalu menemani kesana kemari. Febri juga jadi orang pertama yang kami ceritakan tentang rencana akan mendaki gunung Semeru! pertama kali dengar rencana kami, Febri cemas dan berulang kali bertanya, serius mau mendaki semeru ? –
dan pertanyaan itupun kami jawab dengan penuh semangat dan percaya “ Insha
Allah, kan sudah latihan di BROMO naik sampe puncaknya! " (padahaal Bromoo beda jauuh
berkali kali lipat dengan Semeru, hahaha).
di sela sela obrolan kami sambil makan sore, Tiba tiba Febri nguping
percakapan orang yang juga sedang makan di sebelah kami, mereka lagi membahas pengalaman mendaki gunung. Seketika Febri pun menyarankan kami untuk kenalan dan sharing
tentang rencana mendaki Semeru ke orang sebelah, “orang di sebelah lagi cerita tentang gunung, coba kenalan deh, katanya serius mau ke Semeru ? ” – kata Febri ada benarnya, sebagai pendaki Newbie, ada bagusnya mendengar sharing pengalaman orang yang sudah sering mendaki.
Namanya Mas Diky, tour guide pendaki gunung di Malang, mendengar cerita
pengalamannya membawa beberapa tamu dari dalam dan luar negeri untuk mendaki gunung gunung di Jatim, membuat kami tertarik untuk saling bertukar kontak hp dan selanjutnya cerita tentang
rencana ke Semeru.
Beberapa hari setelah pertemuan itu dan setelah intens chat mas diky tentang rencana jadwal mendaki dan deal budget tour guide, Akhirnya fix pendakian kami ke Semeru nanti akan ditemani mas Diky.
Waktu itu kami senang sekali karena merasa bahwa semesta betul
betul mendukung rencana kami sampai dipertemukan dengan Mas Diky yang akan
membantu persiapan kami mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa.
Namun pada akhirnya, saya
menyadari bahwa bertemu dengan orang yang percaya kemampuan kita untuk
mendaki gunung jauh lebih penting daripada sekedar mempunyai seorang
pemandu pendakian.
Mencari KAWAN
Tiba di Pare, lagi lagi kami
begitu antusias menceritakan rencana kami dengan teman teman di sana .
Saya pun langsung chat dengan Aldy, sahabat Aan yang senang mendaki
gunung dan kebetulan lagi kursus di Pare. Berawal dari tanya tanya
tentang pengalaman Aldy mendaki Semeru, ternyata Aldy juga mau ikut kami
ke Semeru, apalagi sebelumnya kami dan Aldy sudah pernah jalan bareng ke Jogja,
Insha Allah amanlah. Setiap bertemu teman dekat kami di Pare, kami pasti
langsung cerita tentang rencana ke Semeru, yang akhirnya teman Smp Lea dan
Oshin, Pea dan Ica mau ikutan mendaki Semeru, wah Alhamdulillah jadi rame! :)
Persiapan FISIK
Rencana ke Semeru saat itu kira
kira tepat 3 minggu sebelum masa kursus kami di Pare berakhir, sehingga
hanya tersisa 1 program kursus yang harus kami ikuti itupun di pagi dan siang hari.
Setiap sore kami berempat selalu meluangkan waktu untuk jogging di Stadion
Canda Bhirawa untuk mempersiapkan stamina lebih fit saat mendaki (cielaaah!). Nah diantara kami berempat, Oshyn yang paling pertama menceritakan ke keluarganya tentang
rencana mendaki Semeru, karena anak bungsu, Oshyn memang paling sering bahkan
hampir setiap hari dihubungi bapak atau mamanya dan seketika itu juga orang
tuanya tidak mengizinkan untuk ke Semeru! jeeeng jeeng.
Tiba tiba sore di saat kami jogging
di stadion kaki oshyn keseleo, seperti suatu pertanda yang akhirnya kami buru
buru mengantar oshyn ke kosan yang dijemput motor oleh Dedi. Namun, beberapa hari berikutnya, kami mulai jogging kembali di stadion, walaupun masih dalam
masa pemulihan Oshyn tetap ikut olahraga tapi hanya keliling mutar balik naik
sepeda di lapangan. Oh iya selain jogging, hampir 2 bulan lebih sebenarnya kami
rutin bersepeda di Pare, karena sepeda satu satunya transportasi ke tempat
kursus di sana, jadi bisa dibilang sejak 2 bulan itu kami terbiasa bergerak
aktif sehingga badan tidak kaku kaku amat.
Lucunya, karena setiap hari ke
Stadion, teman kursus kelas kami ada yang penasaran, sampai ikutan jogging
juga, Adam. Di hari pertama Adam ikutan jogging, sepulangnya dia ajak traktiran di
RM. Wisata jamur (semacam restoran terWAH bagi orang yang kursus di Pare),
karena tidak bawa sepeda akhirnya kami jalan kaki yang jaraknya dari tempat
kosan kami itu seperti dari Mari ke Monumen Mandala kali yaa.... pergi lapar
dan sampe kosan pun lapar lagi, HAHAHA!. Beberapa hari ikut jogging, tiba tiba
Adam pun memutuskan untuk mendaki Semeru sama sama.
HUNTING JAKET Raline Shah!
Sekitar 2 minggu sebelum mendaki
, setiap weekend kami main ke Malang, kadang menginap atau bahkan express trip alias PP (pergi pagi dan pulang lagi malamnya ke Pare), untuk ketemuan dengan mas Diky yang menjadi guide mendaki Semeru dan mempersiapkan keperluan mendaki lainnya.
Setelah sharing dengan mas diky, kami jadi punya list perlengkapan yang harus
dibawa nanti; tas carrier 20L, sleeping bag, tenda, peralatan
masak, matras, headlamp, celana kain, jaket bulu angsa, sepatu gunung dan
tak lupa cemilan serta bahan makanan untuk 3 hari 2 malam. Untuk beberapa item kami memutuskan untuk menyewa di tempat sewa peralatan mendaki yang
bertebaran hampir di setiap sudut kota Malang, lebih hemat biaya dan praktis.
Kami memilih tempat penyewaan yang ada di terminal Landung sari biar peralatannya
mudah kami ambil dan kembalikan nantinya.
Untuk sepatu gunung, kami
meminta bantuan Febri mencarikan di Malang, awalnya Febri mencoba menyewakan
kami, tapi selain langka, biaya sewanya juga mahal sekitar 300rban untuk 3 hari, akhirnya
Febri inisiatif cari ke pasar malam dan surpriseee!! bisa dapat sepatu gunung wanita merk
Karrimor dengan harga 85rb saja, sangat terjangkau!. Terakhir dan yang
terpenting, mencari Jaket bulu angsa. Pengalaman kedinginan di Bromo membuat
kami harus banget cari jaket yang menghangatkan dengan paripurna. Mulanya kami
mencari di toko Eiger yang ada di salah satu mall di Malang, sayangnya dari
segi harga dan model tidak sesuai dengan keinginan kami. Akhirnya kami
mencoba alternatif mencari di toko baju bekas/ cakar, atas info dari febri ,
kami menuju sebuah daerah penjualan baju bekas di Malang. Dari beberapa toko, ada satu
toko yang menjual macam macam jaket bulu angsa , saya terpikat dengan jaket
bulu angsa warna pink , persis seperti jaket Raline shah di film 5 cm, jaketnya
masih bagus dan harganya kalau tidak salah sekitar 100-150rb saja, dengan
sedikit tawar menawar, fix! Saya membawa pulang jaket pink Raline shah itu,
Alhamdulillah...
Tidak ada komentar: